Dibukit yang tertatap langsung
dengan sebuah danau, Elena duduk disebuah batu tempat biasa ia dan kekasihnya
memandangi kemolekan bumi. Sekarang, bukan sang kekasih lah yang tertududuk
disampingnya namun hanya sebuah khayalan yang perlahan terhapus oleh rintikan
hujan. Elena tak senggan dikuyupi oleh hujan, karena hanya dengan cara itulah
ia dapat merasa dekat dengan sang kekasih. Hujan seperti memutarkan waktu untuk
Elena, mengingatkan saat ia berbincang bodoh dengan sang kekasih dalam guyuran
air hujan. “ Hujaaan.. dekaplah aku! Seperti saat kekakihku mendekap tubuh
mungilku! Aku mencintai saat saat itu” teriakan Elena sembari menadah butiran
hujan.
“Elena…
Elena… kemarilah!” bisikan kecil dibalik pepohan itu mengejutkan Elena, itu
adalah suara sang kekasih. Elena berusaha mencari asal bisikan itu, menyingkap
alang alang muda meninggi yang menghalangi jalanya. “pohon itu, aku yakin kamu
dibalik pohon itu. Tunggulah sayang, tetaplah disitu! Aku akan menemukan dan
segera mendekapmu” Elena pun berlari dan menghampiri pohon itu, dan ternyata
benar dibalik pohon itu adalah sosok yang selama ini Elena rindukan. “garis
bibir ini , mata bening ini, dan tangan yang kerap menggenggamku inilah yang
selama ini aku rindukan” curahan Elena pada kekasihnya. Balasan senyum indah
diapat Elena dari sang kekasih.
Elena
mereaih tangan orang yang sangat disayanginya itu. Kemudian mereka tertawa,
berputar, berlairian kesana kemari. Elena sangat bahagia dapat mengulang semua
yang ia rindukan, dan Elena tak ingin melepaskan saat saat itu. Elenea selalu
ingin berada disamping orang yang ia cintai.
“Elena,
meski kamu tidak pernah melihatku , namun aku selalu memperhatikanmu. Dan aku
selalu ingin melihat senyumu ada atau tanpa aku” bisikan sang kekasih Elena.
Elena hanya tersenyum dan terlalu memikirkan makna dari kata kata kekasihnya,
yang Elena hirau hanya saat ini ia bersama orang yang ia cintainya dan tak
ingin berpisah denganya. Namun tiba tiba saja sang kekasih melepaskan genggaman
Elena dan meninggalkanya perlahan “aku harus pergi Elena, lanjutkan hidupmu”
suara samara samar sang kekasih yang tersapu oleh angin. “kamu tak boleh pergi,
aku tak mampu jalani hidup yang berat ini tanpamu”. Pinta Elena pada orang yang
semakin menghilang dari pandanganya.
Elena berusaha menggapai kekasihnya kembali,
ia mengejar dan meraihnya. Namun sosok sang kekasihnya itu hilang dibalik
pepohanan. Airmata Elena yang tersamarkan oleh derasnya air hujan itu terus
saja menetes.
Hari mulai
petang, hujan pun tak kunjung mereda. Elena memutuskan untuk kembali ke
kediamannya. Dengan rasa tak rela, Elena meninggalkan bukit penuh kenangan
bersama sang kekasihnya itu dengan badan kuyub dan airmata bercampur rintikan
hujan.
Bersambung ~ nantikan kelanjutan ceritanya ya :)