Minggu, 09 Juni 2013

Hujan

Dibukit yang tertatap langsung dengan sebuah danau, Elena duduk disebuah batu tempat biasa ia dan kekasihnya memandangi kemolekan bumi. Sekarang, bukan sang kekasih lah yang tertududuk disampingnya namun hanya sebuah khayalan yang perlahan terhapus oleh rintikan hujan. Elena tak senggan dikuyupi oleh hujan, karena hanya dengan cara itulah ia dapat merasa dekat dengan sang kekasih. Hujan seperti memutarkan waktu untuk Elena, mengingatkan saat ia berbincang bodoh dengan sang kekasih dalam guyuran air hujan. “ Hujaaan.. dekaplah aku! Seperti saat kekakihku mendekap tubuh mungilku! Aku mencintai saat saat itu” teriakan Elena sembari menadah butiran hujan.

            “Elena… Elena… kemarilah!” bisikan kecil dibalik pepohan itu mengejutkan Elena, itu adalah suara sang kekasih. Elena berusaha mencari asal bisikan itu, menyingkap alang alang muda meninggi yang menghalangi jalanya. “pohon itu, aku yakin kamu dibalik pohon itu. Tunggulah sayang, tetaplah disitu! Aku akan menemukan dan segera mendekapmu” Elena pun berlari dan menghampiri pohon itu, dan ternyata benar dibalik pohon itu adalah sosok yang selama ini Elena rindukan. “garis bibir ini , mata bening ini, dan tangan yang kerap menggenggamku inilah yang selama ini aku rindukan” curahan Elena pada kekasihnya. Balasan senyum indah diapat Elena dari sang kekasih.
            Elena mereaih tangan orang yang sangat disayanginya itu. Kemudian mereka tertawa, berputar, berlairian kesana kemari. Elena sangat bahagia dapat mengulang semua yang ia rindukan, dan Elena tak ingin melepaskan saat saat itu. Elenea selalu ingin berada disamping orang yang ia cintai.
            “Elena, meski kamu tidak pernah melihatku , namun aku selalu memperhatikanmu. Dan aku selalu ingin melihat senyumu ada atau tanpa aku” bisikan sang kekasih Elena. Elena hanya tersenyum dan terlalu memikirkan makna dari kata kata kekasihnya, yang Elena hirau hanya saat ini ia bersama orang yang ia cintainya dan tak ingin berpisah denganya. Namun tiba tiba saja sang kekasih melepaskan genggaman Elena dan meninggalkanya perlahan “aku harus pergi Elena, lanjutkan hidupmu” suara samara samar sang kekasih yang tersapu oleh angin. “kamu tak boleh pergi, aku tak mampu jalani hidup yang berat ini tanpamu”. Pinta Elena pada orang yang semakin menghilang dari pandanganya.
             Elena berusaha menggapai kekasihnya kembali, ia mengejar dan meraihnya. Namun sosok sang kekasihnya itu hilang dibalik pepohanan. Airmata Elena yang tersamarkan oleh derasnya air hujan itu terus saja menetes.
            Hari mulai petang, hujan pun tak kunjung mereda. Elena memutuskan untuk kembali ke kediamannya. Dengan rasa tak rela, Elena meninggalkan bukit penuh kenangan bersama sang kekasihnya itu dengan badan kuyub dan airmata bercampur rintikan hujan. 

Bersambung ~ nantikan kelanjutan ceritanya ya :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar